Tuesday, November 24, 2009

NOVEL TUGAS BAHASA INDONESIA (yg kata orang bagus)

Jono
Oleh : Mochamad Adi Septiono

“Cil, sampe kapan lo mau berdiri di situ? Yang lain udah pada jauh tuh,” sahut Timo. Laki-laki yang dipanggilnya ‘cil’ itu tidak merespon. “Cil? Wooy..”
Lalu dihamppirinya si ‘cil’ lalu ditempeleng kepalanya sekuat tenaga sampai hampir ruku. “Wanjing!” sahutnya. “Apa-apaan nih?”
“Ya elu dipanggilin dari tadi masih celingak-celinguk,” kata Timo.
“Iya, iya maaf dah. Eh emangnya pada serius mau pada ke sana? Kan kata bapak-bapak yang tadi lewat kita udah diperingatin sama dia jangan ke bukit yang sebelah sana.” kata ‘cil’.
“Ngeh,” sahut Timo. “Bukan cuma badan sama panggilan lo doang ye, ternyata nyali lo juga kecil banget.”
“Wah sialan, udah buruan dah jalan!” protesnya.
“Hahaha” kata Timo yang langsung lari melesat.
“Woy tungguin gua woy!” si kecil pun langsung lari tanpa ba-bi-bu. Karena sembrono, dia masuk ke liang yang dasarnya jauh sekali di bawah.
“TIDAAAAAAAAK..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriaknya.
***
“JOOOONOOOO!”
“Hah? Hah?” katanya kemudian langsung maju dan menyambar spidol dari tangan Pak Reza dan langsung menulis di papan tulis yang masih putih polos.
“HAHAHAHAHAHAHA”
“Kamu ngapain aja tidur dari tadi?” tanya Pak Reza tegas.
“Eh, iya anu.. pak saya tadi lemes banget abis main bola… iya pak main bola tadi,” jawabnya terbata-bata.
“SEKARANG JUGA KAMU KE KANTOR KEPALA SEKOLAH!” teriak Pak Reza sambil menggebrak meja. Jono pun langsung lari keluar kelas dan menuju ke ruang kepala sekolah.
“Ya ampun anak jaman sekarang baru saja bapak masuk jam pertama tapi ngakunya main bola. Perasaan saya dulu waktu sekolah nggak sebodoh itu kalo berbohong,” kata Pak Reza sambil mengggeleng-gelengkan kepala.
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” suara tertawa murid kelas XII IPA 2 pun kembali terdengar, namun kali ini terdenger lebih kencang.
“Wahaha, bagus, pak. Bapak ternyata jail juga ye,” sahut Timo, teman sebangku Jono.
“Halah, kamu jangan sembarangan ngomong. Ini baru hari Senin ya, nanti kamu kalo tidur juga pasti saya kasih yang lebih parah besok-besok. Di kelas ini, kan, tukang tidurnya kamu daripada si Jono,” sahut Pak Reza.
“HAHAHAHAHAHA”
“Pak, tapi bukannya Pak Doni lagi naik haji ya pak?” tanya seorang siswa yang lain.
“Ah, kata siapa? Sok tau ah kamu,” sahut Pak Reza dengan mimic muka yang aneh.
“Iya, pak, kan waktu pas upacara kemaren dia bilang dia minta doa. Terus dia juga bilang dia bakal doain semua anak kelas 3 lulus dan masuk PTN yang diinginkan semuanya. Saya nggak salah denger kok, pak,’’
“Hahahaha, iya sih sebenernya. Biarin aja tuh anak bengong di ruang kepsek sendirian,” sahut Pak Reza. “ Yasudah, sekarang kita lanjut ke pelajaran kita aja. Sekarang kalian masukkan buku paket biologi kalian, robek kertas tengah buku latihan kalian sekarang bapak akan bagikan soal untuk ulangan kalian,”
“Hah? Ulangan pak?” sahut Tono, anak terpandai di kelas.
“Dems aps pak? Aku nggak belajar pak?” kata Katy anak tergaul yang pernah ada.
“Yah, sekali-kali ulangan mendadak perlu lah buat ngetes kalian hahahaha”
“Sialan nih guru, jailnya keterlaluan dah” gerutu Timo.
***
Jono yang baru bangun tidur pun panik dan langsung lari ke ruang kepala sekolah. Dia sempat menabrak tiang gedung dan pak satpam saking paniknya. Tapi karena baru bangun dia juga kebelet buang air kecil. Dia pun berbalik arah dan masuk ke kamar mandi sekolah yang ada di lantai 2. Tembok kamar mandi yang berwarna merah muda pada kamar mandi itu terlihat pudar karena saking jarangnya kamar mandi lantai 2 ini dipakai. Jono langsung masuk ke bilik nomor 4 dan langsung mengunci pintu.
Dia membuka celananya dan pipis di closet yang berwarna putih agak pudar. Tiba-tiba dia teringat akan cerita aneh yang terjadi di sekolahnya. Salah satunya terjadi di kamar mandi ini, dan kebetulan bilik 4. Dia langsung takut dan bulu kuduknya berdiri. Karena saking takutnya pipisnya pun tidak mau berhenti, tapi di sisi lain dia ingin cepat-cepat keluar dari situ.
Kemudian terdengar pintu depan kamar mandi teebuka dan Jono pun tambah takut. Untungnya pipisnya sudah selesai dan dia langsung berbalik badan kearah pintu bilik. Dia mau membuka pintu, tapi saking takutnya badannya tidak dapat bergerak. Dia melihat kea rah bawah pintu dan bayangan itu berhenti tepat di depan pintu bilik 4.
‘Krekk krekk’ terdengar suara akibat ada yang ingin membuka pintu dari luar. Jono langsung menutup mulutnya rapat-rapat, mencegah teriakan keluar dari mulutnya. Kemudian bayangan itu pun pergi, tetapi kemudian terdengar suara dari air yang mengucur dari wastafel. Jono tetap diam dan bertambah merinding, tetapi tak lama suara itu pun berhenti. Sekitar 3 menit menunggu, Jono memberanikan diri untuk membuka kunci pintu. Dia mengarah ke pintu dan ternyata di depan wastafel ada seorang perempuan berambut panjang dan berbaju putih-putih yang sedang berkaca, tetapi mukanya tidak bisa terlihat jelas karena kaca yang buram.
Jono membeku. Dia benar-benar takut dan melangkah pun tidak bisa, lututnya gemetar dan lemas. Tiba-tiba perempuan berambut panjang itu pun berbalik badan dan “WWHHHHOOOAAAA”
Jono pun langsung lari terbirit-birit ke luar dan turun kembali ke lantai satu. “Hahh..hahh..hah.. anjing parah parah parah,” gerutunya sendiri sambil tersengal-sengal. Kemudian dia berlari-lari kecil kearah ruang kepala sekolah.
“Permisi, pak,” sahutnya. “Pak? Pak?”
Tidak ada yang menjawab dari dalam, jadi dia langsung saja masuk. ‘Mungkin ketiduran di mejanya kali,’ fikirnya bodoh. Tetapi sama sekali tidak ada orang di ruangannya. Kemudian dia masuk ke dalam dan melihat-lihat. Memang karena iseng, dia melihat-lihat isi laci mejanya. Dia membuka-buka dokumen-dokumen di dalamnya. Karena dirasa tidak penting, ia pun memasukkannya kembali dan merapikannya sesuai urutan awalnya. Otak isengnya pun membisikkan sesuatu yang lebih bodoh, dia ingin membayangkan jadi kepala sekolah. Dia pun duduk di kursi kepala sekolah dan melakukan mimik-mimik muka yang aneh menirukan kepala sekolahnya sambil tertawa sendiri.
Tak lama kemudian tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan Pak Reza, wakil kepala sekolah, mendapatkannya sedang duduk di kursi kepala sekolah, “JONOOOOOOO!” Mendadak dia langsung berdiri dan lari ke arah Pak Reza dan langsung berdiri diam.
***
KRIIIIIIING
Setelah bel istirahat berbunyi semua anak berhamburan keluar dari kelasnya. Kebanyakan dari mereka langsung meuju kantin dan sisanya hanya duduk-duduk di kelas. Di kantin sangat banyak anak-anak yang hanya mengobrol di meja panjang atau memang makan di kantin. Jono dan Timo sedang makan mie ayam sambil mengangkat satu kaki seperti jagoan.
“Wanjrit, sialan tuh Pak Reza. Tadi gue ke-gep sama dia ladi duduk di meja ruang kepala sekolah” kata Jono.
“Laginya lu juga tolol, siapa suruh duduk di meja Pak Doni?”
“Lah, kan dianya lagi kagak ada, siapa juga yang tau. Kalo dia nggak masuk juga pipi gue nggak bakal merah gini nyet.”
“Lah elu sih cari penyakit, kan ada yang Maha Melihat dan Maha Mendengar”
“Ah, sepik doang lu hahahahaha”
Setelah mereka selesai makan mereka ke arah meja tempat Pak Dibyo, tukang mie ayam, sambil membawa uang. Tapi dari arah meja depan kanannya ada perempuan yang sedang berjalan dan melihat Jono dengan ai muka yang aneh. Tapi Jono tidak memperdulikannya dan terus jalan bersama Timo kearah meja Pak Dibyo.
***
Keadaan kelas XII IPA 2 sudah tidak karuan karena tidak ada guru. Ada yang tidur di belakang kelas, ada yang main gitar, yang perempuan ada yang mendengarkan iPod, ada juga yang sedang latihan dance. Sementara Jono, Dodi, Tono, dan Timo sedang mengobrol di meja guru depan sambil tertawa-tawa. Tia-tiba ada yang membuka pintu. Semua anak langsung beranjak dari tempatnya dan kembali ke kursi masing-masing. Ternyata yang masuk adalah Pak Reza, “ Selamat siang, anak-anak.”
“Siang paaak!”
“Pertama saya ingin memberitahu bahwa Pak Suno todak bisa masuk tapi kalian saya bebaskan kali ini, anggap saja bapak bayar hutang bapak karena ulangan mendadak tadi pagi,”
“YYEEAAAAAAASSSSSSS”
“Hah? Emang tadi ada ulangan? Kapan?” bisik Jono pada Timo.
“Tadi pagi, pas lo lagi disuruh sama Pak Reza ke ruang kepsek”
“Yah, susulam dong mampus gue nyontek siapa dong,”
“Ssssttt, ntar dulu ah diem dulu,”
“Yak, sekarang pengumuman yang kedua saya memanggil Jono Suprano untuk ikut bersama saya ke ruang BK,”
‘Demi apa? Gue? Ada apaan lagi nih, mampus,’ pikirnya. “Ya pak,”
***
“Bener, Fi, orangnya yang ini?” tanya Pak Reza kepada Sofi, anak perempuan kelas 1.
“Iya, pak,” jawabnya singkat.
“Jono apa benar tadi pagi kamu menyelinap ke kamar mandi perempuan?” tanya pak Reza.
‘Kayaknya ini cewek gue liat di kantin deh tadi pas istirahata, tapi siapa ya?’pikir Jono sambil bengong.
“Jono!” kata Pak Reza sambil menepuk bahu Jono.
“Eh iya, pak. Kenapa, pak, maaf?”
“Saya tadi tanya apa kamu tadi pagi masuk ke kamar mandi perempuan di lantai 2?”
“Hah? Nggak pak sumpah beneran. Tadi pagi emang saya ke kamar mandi lantai 2, tapi bukan kamar mandi perempuan,”
“Kamu yakin, Sofi, kalo yang masuk itu Jono?”
“Iya, pak, tadi padi saya mau masuk ke kamar mandi itu nemenin Tania mau ngambil jamnya ketinggalan di kamar mandi, di atas closet. Karena dia takut sendirian jadi dia minta temenin saya. Terus karena bilik 4 terkunci, jadi dia bilang ntar aja pas orangnya keluar. Terus dia keluar sebentar ngangkat telefon. Nah, saya lagi ngaca di dalem. Terus pas balik badan ada kakak ini,” jelasnya.
“Demi apaaaaaaa itu elo? Jadi hantu yang tadi gue liat itu lo?” tanya Jono pada Sofi dengan muka yang penasaran. “Tapi tadi pagi bener-bener serem banget rambutnya panjang bajunya putih-putih semua gitu.
“Itu bukan hantu, kak. Kalo baju putih-putih kan emang seragam hari ini Senin putih, kak. Itu saya lagi ngaca, terus pas balik badan saya kaget ada cowok. Jadi saya teriak, gitu pak,”
“Astaga jadi tadi pagi itu bukan hantu? Alhamdulillah, ya Allah, terimakasih,”
“Tapi tetep kamu dapet hukuman karena kamu masuk ke kamar mandi perempuan,” sahut Pak Reza.
“Yah, pak. Tapi kan saya nggak sengaja”
“Ah, saya nggak mau tahu. Saya, kan, nggak tau niat kamu sebenernya apa. Lagian hukumannya gampang kok, Cuma bersihin kamar mandi laki-laki yang di lantai 2,”
“Demi apa, pak? Kamar mandi itu kan yang katanya pernah ada orang bunuh diri minum baygon. Plis pak, saya mau disuruh nyapu satu sekolah juga gapapa deh pak.”
“Halah, kamu ini. Kan udah pernah dibilangin sama semua anak kalo kejadian itu tuh nggak pernah ada. Masih aja percaya sama takhayul begituan. Udah sana cepet!”
***
“Ah sialan, nih, Pak Reza. Bismilah deh” katanya sambil masuk ke kamar mandi itu. Lalu dia langsung mengambil pel dan ember dan mulai membersihkan lantainya.
“Jono..”
Jono mendengar suara yang memanggil namanya, tapi dia bertingkah seolah dia tidak mendengar dan mulutnya tiba-tiba komat kamit.
“Jono”
Jono merinding sekarang, dia melihat ke sekelilingnya tetapi tidak ada apa-apa.
“Jono!”
Jono benar-benar lemas sekarang. Bahkan mulutnya pun sudah tidak bisa bergerak
“JONO! JONO BANGUN!”
“Hah? Hah?” katanya kemudian langsung maju dan menyambar spidol dari tangan Pak Reza dan langsung menulis di papan tulis yang masih putih polos.
“HAHAHAHAHAHAHA”
“Kamu ngapain aja tidur dari tadi?” tanya Pak Reza tegas.
“Eh, iya anu.. pak saya tadi lemes banget abis main bola… iya pak main bola tadi,” jawabnya terbata-bata.
“SEKARANG JUGA KAMU KE KANTOR KEPALA SEKOLAH!” teriak Pak Reza sambil menggebrak meja. Jono pun langsung lari keluar kelas dan menuju ke ruang kepala sekolah.

1 comment: